Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak goreng diprediksi bakal terus beranjak naik. Bakal semakin jauh melampaui harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah, yaitu Rp14.000 per liter untuk jenis dalam kemasan dan minyak curah Rp15.500 per kg.

Untuk itu, pemerintah diminta mengevaluasi dan mencabut kebijakan wajib pemenuhan domestik (domestic market obligation/ DMO) atas ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO). Karena dinilai tak efektif mengendalikan harga minyak goreng di dalam negeri. CPO adalah bahan baku utama minyak goreng.

“Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag) periode Januari-awal Maret 2024, harga minyak goreng curah masih berkisar Rp15.500 per kg pada pekan ketiga Januari, lalu naik ke Rp16.000/ kg pada pekan ke-3 bulan Februari. Peningkatan harga minyak goreng curah masih terus berlanjut menjadi Rp16.300/ kg pada pekan ke-3 bulan Maret,” katanya kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (23/4/2024).

“Data itu menunjukkan, pergerakan harga minyak goreng curah did alam negeri sedang menjauhi harga yang ditetapkan pemerintah. Sehingga, kebijakan DMO dan DPO (domestic price obligation) tidak efektif menjaga harga minyak goreng curah domestik,” ujar Tungkot.

Mengutip paparan Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Kemendag Bambang Wisnubroto dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah tahun 2024, Senin (22/4/2024), harga minyak kemasan premium pada April 2024 turun 0,33% secara bulanan. Namun, harga minyak goreng curah dan Minyakita naik masing-masing 0,9% dan 1,49% secara bulanan.

Sejak Januari 2024, harga minyak goreng curah dan kemasan sederhana Minyakita bertahan di atas Rp15.000 per liter, sedangkan kemasan premium bertengger di atas Rp20.000 per liter.

Menurut Tungkot, pergerakan harga minyak goreng ke depan masih berpeluang besar semakin naik. Kondisi ini dipicu harga minyak bumi, stok minyak sawit yang menyusut, hingga depresiasi rupiah dan ringgit. Serta, efek dari Ramadan dan Lebaran 2024.

“Hal ini perlu diantisipasi pemerintah agar kejadian kelangkaan minyak goreng tahun 2022 tidak terulang lagi. Kombinasi kebijakan pungutan ekspor yang fleksibel dengan penugasan BUMN, baik itu PTPN, Perum Bulog hingga ID Food untuk penyediaan minyak goreng di dalam negeri perlu dilakukan,” katanya.

Tungkot menjabarkan, ada 5 faktor yang harus jadi perhatian pemerintah dalam kaitannya dengan pergerakan harga minyak goreng curah domestik.

Pertama, jelasnya, faktor harga minyak dunia.

Dia menuturkan, pada periode Januari hingga pertengahan Maret 2024, harga minyak mentah (crude oil) telah naik dari US$75 ke US$84 per barel, atau naik sekitar 12% dalam kurang 3 bulan. Pemicunya, tensi geopolitik di Timur Tengah serta perang Rusia-Ukraina.

“Setiap kenaikan harga minyak mentah dunia akan diikuti kenaikan harga minyak nabati, termasuk minyak sawit dunia,” kata Tungkot.

Faktor kedua, kondisi stok minyak sawit di negara-negara importir dunia.

“Stok di negara-negara ini mengalami penurunan dbandingkan tahun lalu, dan secara bulanan juga turun. Stok minyak sawit India pada Januari 2024 turun sekitar 21% dibandingkan Januari 2023 lalu. Juga, stok China turun sekitar 24 persen pada bulan sama. Penurunan stok minyak sawit negara- negara importir minyak sawit mendongkrak harga harga minyak sawit dunia,” terangnya.

Faktor ketiga, lanjut Tungkot, penurunan stok minyak sawit di Indonesia dan Malaysia, sekitar 10-20% secara tahunan.

“Penurunan stok negara eksportir utama minyak sawit dunia menjadi sinyal, pasokan ke pasar dunia akan turun sehingga akan mendorong harga minyak sawit dunia meningkat,” kata Tungkot.

Faktor keempat yang harus diwaspadai pemerintah adalah kurs rupiah dan ringgit Malaysia terhadap dolar AS yang telah mengalami depresiasi cukup besar pada awal tahun 2024.

“Depresiasi nilai tukar rupiah dan ringgit ini membuat ekspor minyak sawit makin kompetitif di mata importir,” ujarnya.

Faktor kelima adalah periode Ramadan dan Lebaran 2024 yang mendorong konsumsi minyak sawit untuk minyak goreng dan olefood naik sekitar 10%.

“Kondisi ini memicu kenaikan harga minyak goreng,” kata Tungkot.

“Dengan kelima hal di atas, potensi kenaikan harga minyak sawit dunia tahun ini akan cukup besar. Kenaikan harga minyak sawit dunia akan mendorong kenaikan harga minyak goreng curah di dalam negeri,” tambahnya.

Dia meminta pemerintah mengantisipasi sejak dini.

“Komponen terbesar minyak goreng kemasan kan minyak curah juga, tambahannya cuma penyaringan dan kemasan. Maka, jika harga minyak goreng curah naik, minyak goreng semua kemasan (kemasan sederhana, kemasan premium) juga naik,” sebutnya.

“Sebagai produsen sekaligus konsumen minyak sawit terbesar dunia, pemerintah Indonesia perlu mendesain kebijakan yang menyeimbangkan stabilisasi penyediaan minyak goreng domestik dengan upaya peningkatan devisa dari ekspor sawit,” pungkas Tungkot.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Musim Kampanye, Ternyata Tren Penjualan Minyak Goreng di Ritel Begini


(dce/dce)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *